Tidak lama lagi kita akan segera memasuki bulan Ramdhan. Tinggal hitungan hari, bulan yang mulia itu akan segera menyapa kita. Ia bagaikan...
Mungkin itulah yang terlintas dalam pikiran kita ketika berbicara perihal Ramadhan. Banyaknya keutamaan yang terkandung di dalamnya, menjadikan setiap mukmin selalu merindukannya. Kerinduan itu diungkapkan oleh para salafus shalih dengan cara senantiasa memohon agar Allah mempertemukannya dengan bulan tersebut. Bahkan jauh sebelum memasuki bulan Ramadhan, enam bulan sebelumnya, mereka sudah memohon dan melazimi doa tersebut.
Mualla bin Al-Fadhl berkata, Dulu, selama enam bulan sebelum datang Ramadhan, mereka berdoa agar Allah tala mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan. Kemudian, selama enam bulan sesudah Ramadhan, mereka berdoa agar Allah menerima amal mereka selama bulan Ramadhan. (lihat: Lathaif Al-Maarif, hlm. 264)
Memohon agar dipertemukan dengan bulan ramadhan sendiri telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, apabila melihat hilal pada Ramadhan dan pada bulan selainnya, beliau membaca doa:
Ya Allah, perjalankanlah bulan ini kepada kami dengan penuh kebajikan dan iman, serta keselamatan dan Islam. Rabb-ku dan Rabb-mu (bulan) adalah Allah. (HR. Tirmidzi)
Untaian doa yang serupa juga banyak dicontohkan oleh salafus shalih. Salah satu di antara doa tersebut adalah riwayat yang bersumber dari Yahya bin Abi Katsir. Dalam kitab Lathaif al-Maarif, Ibnu Rajab menyebutkan bahwa sebelum memasuki bulan Ramadhan, Yahya bin Katsir senantiasa memohon kepada Allah taala dengan doa berikut ini:
Ya Allah, sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan, sampaikanlah bulan Ramadhan kepada kami, dan terimalah amalan-amalan kami. (Lihat: Lathaif Al-Maarif, Hal: 158)
Sementara doa lain yang cukup masyhur juga terdapat dalam musnad Imam Ahmad. Diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam apabila memasuki bulan Rajab, beliau berdoa:
Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab dan Syaban serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadan. (HR. Ahmad)
Menurut jalur periwayatan, hadis di atas derajatnya dhaif (lemah), tidak shohih. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (2342). Di dalam jalur perawinya ada Zaidah bin Abi Raqod. Ia terkenal sebagai mungkarul hadis (yang memalsukan hadis). Imam Nawawi mendhaifkannya dalam Kitab Al-Azkar, (hal: 457) dan Imam Az-Zahabi dalam Kitab Al-Mizan (2/65), Ibnu Hajar dalam Tayiin Al-Ajab (hal: 38) Ibnu Rajab dalam Lataif Al-Maarif, hal: 143 dan Al-Albani dalam Al-Jami (4395)
Namun demikian, para ulama, di antaranya Syekh Muhammad Shalih Al-Munajjid dalam kitab Dzadus Shaim, berpendapat bahwa meskipun hadis di atas dinilai tidak shahih, namun tidak mengapa bagi seorang mukmin untuk senantiasa berdoa dan memohon agar Allah Taala mempertemukannya dengan bulan Ramadhan dan bisa memaksimalkan ibadah di dalamnya. Wallahu alam bis shawab! Ya Allah, pertemukan kami dengan Ramadhan.
Penulis : Fakhrudin