JAKARTA(Jurnalislam.com) — Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan kembali menggelar Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-7. Dalam kesempatan...
JAKARTA(Jurnalislam.com) — Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan kembali menggelar Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-7.
Dalam kesempatan kali ini, tema yang diangkat adalah Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia untuk mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Maju, Adil, dan Beradab.
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) MUI Amirsyah Tambunan menyebut penekanan perwujudan NKRI yang maju, adil, dan beradab merupakan cita-cita konstitusional. Sebagai bangsa Indonesia, maka tugas umat Islam pula untuk memikirkan cara mewujudkan hal tersebut.
“Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) akan dilaksanakan 26-29 Februari di Bangka Belitung. Saat ini sampai hari pelaksanaan, MUI akan melaksanakan kelompok diskusi terpumpun (FGD) agar saat pelaksanaan topik yang dibahas lebih mendalam,” ujarnya saat konferensi pers perihal KUII ke-7 di Gedung MUI, Jakarta, Kamis (9/1).
Ia menyebut pemilihan lokasi di Bangka Belitung karena melihat potensi wisata halal yang dimiliki provinsi tersebut. Potensi ini bisa dipromosikan tidak hanya pada wisatawan nasional tapi juga skala internasional.
MUI juga menilai dengan dilaksanakannya kongres skala nasional ini di daerah Bangka Belitung, diharap dapat menjadi salah satu upaya meningkatkan wisata halal di Indonesia. Tidak hanya mengangkat nama daerah dan kulinernya tapi juga pendapatan nasional.
Terkait kelompok diskusi terpumpun yang telah beberapa kali digelar MUI guna membahas topik-topik yang angkat diangkat, Wasekjen MUI Misbahul Ulum menyebut sudah ada beberapa ide gagasan yang dibahas. Di antaranya perihal keadaan ekonomi.
“Nanti juga akan dilakukan diskusi tentang politik menurut pandangan Islam. Di kongres, gagasan-gagasan atau topik yang sudah dibahas ini akan dikupas lagi secara lebih tajam,” ucapnya.
Ia menyebut dalam acara kongres tahunan yang digelar akhir Februari ini akan dihadiri 700 peserta. Tidak hanya dari kalangan MUI seluruh Indonesia, tapi juga diikuti ormas Islam se-Indonesia, Perguruan Tinggi Islam, lembaga pendidikan seperti pesantren, dan para cendekiawan muslim.
Sumber: republika.co.id